Minggu, 22 September 2013

Don't Go

“Aku mohon jangan pergi lagi.” Kata-kata yang muncul lagi di telinganya. Entah apa arti semua itu. Ia merasa ada suatu ikatan yang aneh dalam dirinya…
Siang ini terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Namun, seorang gadis berusia 17 tahun sangat menikmati terik matahari tersebut. Ia tak ingin berteduh layaknya orang-orang pada umumnya. Baginya, matahari adalah segalanya.
        “Hey, Fuji. Bisakah kau menghentikannya? Nanti kulitmu bisa terbakar!” teriak Sakura tak jauh dari tempat gadis itu berdiri.
        “Apa? Terbakar?? Haha.. kau bercanda Sakura.” Jawab Fuji seraya tersenyum geli. “Cepatlah, kita akan terlambat!” Fuji menarik tangan Sakura dan akhirnya mereka berlari menuju rumah.

========================

Fujiyama. Usia 17 tahun. Ia sekarang bersekolah di SMA Teitan, Tokyo. Satu-satunya idolanya adalah matahari. Entah kenapa ia sangat menyukainya. Jika ada orang yang bertanya ia hanya menjawab, “terkadang sesuatu itu tidak perlu alasan karena alasan datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.”
Paginya, Fuji tiba di sekolah sebelum gerbang benar-benar tertutup. Beruntung, tidak ada guru saat Fuji memasuki ruang kelas. Suara riuh penghuni kelas mulai bergema menghiasi ruangan itu. Tiba-tiba guru mereka datang..
        “Anak-anak, kalian mendapat teman baru hari ini. Masuklah dan perkenalkan dirimu!” semua mata langsung tertuju pada pintu kelas. Namun tidak untuk Fujiyama. Ia lebih senang memandangi foto-foto matahari yang ia abadikan sendiri.
        “Ohayo.. perkenalkan nama saya Baekhyun. Saya murid baru di sini. Mohon bantuannya. Arigato gozaimasu.”
        “Baiklah, kau boleh duduk di.. di sebelah Fujiyama.”
        “Hai! Arigato Gozaimasu.” Baekhyun lalu berjalan menuju bangku di sebelah Fujiyama.
        “Oh? Kau siapa?”
        “Aku murid baru di sini. Baekhyun. Mohon bantuannya.” Baekhyun tersenyum manis. Tetapi, Fuji tidak mempedulikannya. Ada sesuatu yang lebih menarik dari diri Baekhyun . Sesuatu yang bahkan tidak terpikirkan sebelumnya. Lalu Fuji tersadar dari lamunannya oleh bel sekolah.
        “Tidak mungkin. Apa dia benar-benar?? Tidak.. mungkin hanya kebetulan. Siapa saja bisa memilikinya.” Fuji berteriak-teriak sendiri dalam kamarnya. Ia mengambil kamera lalu pergi. Pergi ke tempat yang bisa membuatnya tenang saat ia sedang ada masalah.
        “Oh? Sedang apa kau di sini?” Fuji kaget bukan main melihat baekhyun berada di tempat favoritnya. Mengingat tempat itu jarang ada orang yang tahu keberadaannya.
        “Apa kau tidak lihat? Kau sendiri sedang apa di sini??” jawab Baekhyun acuh tak acuh.
        “I hate this day!!” Fuji lalu meninggalkan tempat itu. Baekhyun tak mengerti apa yang terjadi. Ia tidak begitu peduli dan melanjutkan aktivitasnya. Mengabadikan matahari!

=========================
         
“Hai!” Sapa Baekhyun. “Apa kau ada urusan denganku? Aku pergi!” lagi-lagi Baekhyun hanya bisa melongo melihat apa yang terjadi.
Sudah seminggu ini Fuji mengacuhkan Baekhyun. Hingga suatu ketika Fuji menjadi 1 kelompok dengan Baekhyun. “Sialll..!! kenapa aku harus berkelompok dengannya?” Ekspresinya datar. Tanda perang segera di mulai.
        “Ku tunggu di rumah. Don’t be late!” Belum sempat Fuji menjawab, ia telah lenyap dari pandangan.
Sakura menepuk bahu Fuji. Sepertinya ia khawatir akan sahabatnya yang satu ini. “Fuji, apa kau baik-baik saja? Akhir-akhir ini kau terlihat buruk sekali.”
        “Aku tidak apa-apa Sakura. Tenang saja.” Fuji melangkah ke luar kelas. Meninggalkan Sakura yang penuh kekhawatiran.

===========================

Ting tong.. suara bel berbunyi. Perlahan, pintu rumah itu mulai terbuka dan muncullah seorang laki-laki. Baekhyun!
        “Oh, kau rupanya. Masuklah!” Mereka lalu menuju ruang tengah untuk mengerjakan tugas kelompoknya.
        “Apa kau membawa laptop?”
        “Kenapa? Oh, aku membawanya.”
        “Kenapa? Kau bercanda ya? Nyalakan dan kita mulai.”
        “Oh..?” Fuji lalu menyalakan laptop. Namun fokusnya tidak pada laptop itu. Ia melirik tangan kanan Baekhyun. Ada sesuatu yang tidak asing baginya. Simbol itu! Darimana ia mendapatkannya? Kenapa simbol itu persis seperti yang telah aku gambar sejak dulu? Arggkkhh.. berjuta pertanyaan berkecamuk dalam otaknya. Samar-samar terdengar suara.
        “Hey, Fuji. Kau tidak mendengarkan ya? Apa kau melamun? Hey!!” Baekhyun memukul kepala Fuji dengan pulpen.
        “Aww.. sakitt!!” Fuji merintih mesakitan.
        “Apa aku terlalu keras? Gomen.”
        “Kau gila! Sebenarnya apa yang kau inginkan?” Fuji menutup laptop sambil berlari ke luar rumah.
        “Hey, tunggu! Maafkan aku.” Baekhyun berlari mengejarnya tapi ia telah hilang.
            Hosh.. hosh. Fuji duduk di sebuah batu yang cukup besar. Nafasnya tersenga-sengal karena berlari terlalu cepat. Siapa dia sebenarnya? Apa yang dia inginkan? Apa tujuannya datang ke sini?
        “Kau cepat juga. Aku tau kau pasti akan ke sini.” Suara yang sangat tidak asing bagi Fuji.
        “A..apa yang kau lakukan di sini?” Fuji kaget bukan main. Ia hendak berlari, namun sebuah tangan mencegatnya.
        “Aku mohon jangan pergi lagi.” Deg! Jantung Fuji serasa berhenti berdetak. Suara itu. Suara yang selama ini selalu menghantuinya.
        “Siapa kau sebenarnya? Apa tujuanmu datang ke sini? Datang ke dalam kehidupanku? Aku tidak mengerti maksud semua ini!” Fuji menangis sejadi-jadinya. Ia ingin sekali pergi dari situ.
        “Aku tau kau pasti bingung. Apa kau tidak merasakan bahwa ada ikatan batin di antara kita?” keduanya saling menatap. Suasana berubah menjadi hening. Hanya angin lalu yang bersuara. Mengisyaratkan mereka untuk bersatu dalam kedamaian.
        “Kita di takdirkan untuk bersama.” Lanjut Baekhyun setelah beberapa saat. “Apa kau pernah melihat simbol ini?” Baekhyun memperlihatkan simbol yang ada di tangan kanannya. Sebuah simbol matahari. Persis seperti yang di gambar Fuji selama ini.
        “Apa ini sebuah dongeng? Aku tidak percaya!”
        “Ini nyata. Dan aku punya sesuatu untukmu.” Ia mengeluarkan kalung dengan gantungan matahari. Di dalamnya terdapat simbol bulan dan bintang juga.
        “Untukku?”
        “Tentu saja.” Baekhyun tersenyum lalu mengalungkannya pada Fuji. Kini kalung indah itu bertengger di leher Fuji.
        “Indah sekali. Tapi..” Baekhyun langsung memeluk Fuji. Ia ingin berada di posisi itu untuk selamanya. “Jangan berkata apa-apa lagi. Cukup pejamkan kedua matamu!” Kalung itu mengeluarkan sebuah cahaya dan membawa mereka terbang. Terbang menuju matahari yang selama ini mereka impikan. Matahari keabadian.


THE  END

Terinspirasi dari : Don't go (lagu Exo) dan Baekhyun