“Aku mohon
jangan pergi lagi.” Kata-kata yang muncul lagi di telinganya. Entah apa arti
semua itu. Ia merasa ada suatu ikatan yang aneh dalam dirinya…
Siang ini terik
matahari terasa sangat menyengat di kulit. Namun, seorang gadis berusia 17 tahun
sangat menikmati terik matahari tersebut. Ia tak ingin berteduh layaknya
orang-orang pada umumnya. Baginya, matahari adalah segalanya.
“Hey, Fuji. Bisakah kau menghentikannya?
Nanti kulitmu bisa terbakar!” teriak Sakura tak jauh dari tempat gadis itu berdiri.
“Apa? Terbakar?? Haha.. kau bercanda
Sakura.” Jawab Fuji seraya tersenyum geli. “Cepatlah, kita akan terlambat!”
Fuji menarik tangan Sakura dan akhirnya mereka berlari menuju rumah.
========================
Fujiyama.
Usia 17 tahun. Ia sekarang bersekolah di SMA Teitan, Tokyo. Satu-satunya
idolanya adalah matahari. Entah kenapa ia sangat menyukainya. Jika ada orang
yang bertanya ia hanya menjawab, “terkadang sesuatu itu tidak perlu alasan
karena alasan datang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.”
Paginya, Fuji
tiba di sekolah sebelum gerbang benar-benar tertutup. Beruntung, tidak ada guru
saat Fuji memasuki ruang kelas. Suara riuh penghuni kelas mulai bergema
menghiasi ruangan itu. Tiba-tiba guru mereka datang..
“Anak-anak, kalian mendapat teman baru
hari ini. Masuklah dan perkenalkan dirimu!” semua mata langsung tertuju pada
pintu kelas. Namun tidak untuk Fujiyama. Ia lebih senang memandangi foto-foto
matahari yang ia abadikan sendiri.
“Ohayo.. perkenalkan nama saya Baekhyun.
Saya murid baru di sini. Mohon bantuannya. Arigato gozaimasu.”
“Baiklah, kau boleh duduk di.. di
sebelah Fujiyama.”
“Hai! Arigato Gozaimasu.” Baekhyun lalu
berjalan menuju bangku di sebelah Fujiyama.
“Oh? Kau siapa?”
“Aku murid baru di sini. Baekhyun. Mohon
bantuannya.” Baekhyun tersenyum manis. Tetapi, Fuji tidak mempedulikannya. Ada
sesuatu yang lebih menarik dari diri Baekhyun . Sesuatu yang bahkan tidak
terpikirkan sebelumnya. Lalu Fuji tersadar dari lamunannya oleh bel sekolah.
“Tidak mungkin. Apa dia benar-benar??
Tidak.. mungkin hanya kebetulan. Siapa saja bisa memilikinya.” Fuji
berteriak-teriak sendiri dalam kamarnya. Ia mengambil kamera lalu pergi. Pergi
ke tempat yang bisa membuatnya tenang saat ia sedang ada masalah.
“Oh? Sedang apa kau di sini?” Fuji kaget
bukan main melihat baekhyun berada di tempat favoritnya. Mengingat tempat itu
jarang ada orang yang tahu keberadaannya.
“Apa kau tidak lihat? Kau sendiri sedang
apa di sini??” jawab Baekhyun acuh tak acuh.
“I hate this day!!” Fuji lalu
meninggalkan tempat itu. Baekhyun tak mengerti apa yang terjadi. Ia tidak
begitu peduli dan melanjutkan aktivitasnya. Mengabadikan matahari!
=========================
“Hai!” Sapa Baekhyun. “Apa kau ada
urusan denganku? Aku pergi!” lagi-lagi Baekhyun hanya bisa melongo melihat apa
yang terjadi.
Sudah
seminggu ini Fuji mengacuhkan Baekhyun. Hingga suatu ketika Fuji menjadi 1
kelompok dengan Baekhyun. “Sialll..!! kenapa aku harus berkelompok dengannya?”
Ekspresinya datar. Tanda perang segera di mulai.
“Ku tunggu di rumah. Don’t be late!”
Belum sempat Fuji menjawab, ia telah lenyap dari pandangan.
Sakura
menepuk bahu Fuji. Sepertinya ia khawatir akan sahabatnya yang satu ini. “Fuji,
apa kau baik-baik saja? Akhir-akhir ini kau terlihat buruk sekali.”
“Aku tidak apa-apa Sakura. Tenang saja.”
Fuji melangkah ke luar kelas. Meninggalkan Sakura yang penuh kekhawatiran.
===========================
Ting tong..
suara bel berbunyi. Perlahan, pintu rumah itu mulai terbuka dan muncullah
seorang laki-laki. Baekhyun!
“Oh, kau rupanya. Masuklah!” Mereka lalu
menuju ruang tengah untuk mengerjakan tugas kelompoknya.
“Apa kau membawa laptop?”
“Kenapa? Oh, aku membawanya.”
“Kenapa? Kau bercanda ya? Nyalakan dan
kita mulai.”
“Oh..?” Fuji lalu menyalakan laptop.
Namun fokusnya tidak pada laptop itu. Ia melirik tangan kanan Baekhyun. Ada
sesuatu yang tidak asing baginya. Simbol itu! Darimana ia mendapatkannya?
Kenapa simbol itu persis seperti yang telah aku gambar sejak dulu? Arggkkhh..
berjuta pertanyaan berkecamuk dalam otaknya. Samar-samar terdengar suara.
“Hey, Fuji. Kau tidak mendengarkan ya?
Apa kau melamun? Hey!!” Baekhyun memukul kepala Fuji dengan pulpen.
“Aww.. sakitt!!” Fuji merintih
mesakitan.
“Apa aku terlalu keras? Gomen.”
“Kau gila! Sebenarnya apa yang kau
inginkan?” Fuji menutup laptop sambil berlari ke luar rumah.
“Hey, tunggu! Maafkan aku.” Baekhyun
berlari mengejarnya tapi ia telah hilang.
Hosh..
hosh. Fuji duduk di sebuah batu yang cukup besar. Nafasnya tersenga-sengal
karena berlari terlalu cepat. Siapa dia sebenarnya? Apa yang dia inginkan? Apa
tujuannya datang ke sini?
“Kau cepat juga. Aku tau kau pasti akan
ke sini.” Suara yang sangat tidak asing bagi Fuji.
“A..apa yang kau lakukan di sini?” Fuji
kaget bukan main. Ia hendak berlari, namun sebuah tangan mencegatnya.
“Aku mohon jangan pergi lagi.” Deg!
Jantung Fuji serasa berhenti berdetak. Suara itu. Suara yang selama ini selalu
menghantuinya.
“Siapa kau sebenarnya? Apa tujuanmu
datang ke sini? Datang ke dalam kehidupanku? Aku tidak mengerti maksud semua
ini!” Fuji menangis sejadi-jadinya. Ia ingin sekali pergi dari situ.
“Aku tau kau pasti bingung. Apa kau
tidak merasakan bahwa ada ikatan batin di antara kita?” keduanya saling
menatap. Suasana berubah menjadi hening. Hanya angin lalu yang bersuara.
Mengisyaratkan mereka untuk bersatu dalam kedamaian.
“Kita di takdirkan untuk bersama.”
Lanjut Baekhyun setelah beberapa saat. “Apa kau pernah melihat simbol ini?” Baekhyun
memperlihatkan simbol yang ada di tangan kanannya. Sebuah simbol matahari.
Persis seperti yang di gambar Fuji selama ini.
“Apa ini sebuah dongeng? Aku tidak
percaya!”
“Ini nyata. Dan aku punya sesuatu
untukmu.” Ia mengeluarkan kalung dengan gantungan matahari. Di dalamnya
terdapat simbol bulan dan bintang juga.
“Untukku?”
“Tentu saja.” Baekhyun tersenyum lalu
mengalungkannya pada Fuji. Kini kalung indah itu bertengger di leher Fuji.
“Indah sekali. Tapi..” Baekhyun langsung
memeluk Fuji. Ia ingin berada di posisi itu untuk selamanya. “Jangan berkata
apa-apa lagi. Cukup pejamkan kedua matamu!” Kalung itu mengeluarkan sebuah
cahaya dan membawa mereka terbang. Terbang menuju matahari yang selama ini
mereka impikan. Matahari keabadian.
THE END
Terinspirasi dari : Don't go (lagu Exo) dan Baekhyun