Senin, 14 Oktober 2013

Baby Don't Cry

“Dan pembalap nomor satu kita akhirnya mencapai finish!! Well down!” Suara tepuk tangan yang meriah bergemuruh di sepanjang sirkuit. Pembalap nomor satu wanita yang bernama Duwi Yulita ini telah berada di posisi runner up berturut-turut selama 5 tahun ini. Entah bagaimana caranya mempertahankan posisinya. Yang pasti, banyak orang yang mengaguminya.
“Mbak Duwi, bagaimana rasanya setelah anda berada pada runner up selama 5 tahun ini?” Tanya seorang wartawan.
“Saya senang. Tapi saya tidak akan pernah puas.” Jawab Duwi seraya tersenyum lalu pergi meninggalkan para wartawan itu.
===========================
“Minggu depan di korea? Oh, baiklah.” Duwi menutup telepon dan meletakkannya. “Korea ya? Aku datang D.O.” Duwi tersenyum penuh kemenangan.
“Bersiaplah! Kita berangkat besok pagi. Kau harus menguasai sirkuit.” Perintah seorang laki-laki yang tidak lain adalah managernya. Lalu, Duwi menyalakan motor dan pergi.
Pagi ini mereka akan terbang menuju Korea. Tepat jam 8 Duwi bersama timnya tiba di airport.
“Bagaimana dengan motorku? Aku tidak akan mengendarai motor lain.” Ia memang tidak pernah mengendarai motor lain. Itu adalah motor kesayangannya.
“Aku mengerti. Motormu akan datang besok. Jadi kau bisa berlatih.”
“Baiklah, lalu bagaimana dengan..” Tiba-tiba bruukk.. seorang laki-laki menabraknya. Sepertinya ini hari sialnya.
“Hey, apa kau tidak punya mata?” Pertanda buruk bagi laki-laki itu karena saat ini suasana hatinya sedang buruk.
“Maaf. Aku tidak sengaja.” Laki-laki itu lantas pergi. Sambil berjalan, ia tersenyum.
“Dasar..!!” Duwi lalu mengambil tasnya yang jatuh ke lantai. “Sudahlah, dia sudah minta maaf bukan?” Mereka lalu menuju pesawat untuk lepas landas.
========================
Brumm.. bruumm.. suara motor bergema di arena sirkuit. Para pembalap sudah bersedia di garis start.
“3.. 2.. 1.. go!” Para pembalap itu segera menginjak gas dan mengendarai secepat mungkin. Tapi mereka tetap tidak bisa menyusul pembalap dengan nomor 2. Dia terlalu cepat!
Setelah beberapa putaran dan akhirnya finish! Pembalap dengan nomor 2 menempati posisi runner up. Tidak di ragukan lagi ia adalah Duwi, pembalap nomor satu wanita internasional.
“You are so fast. What’s the secret?” Wartawan dari berbagai negara mewawancarainya.
“I always training. And the secret is my team’s work.” Tepuk tangan yang meriah dari penonton didapatnya.
“Aku akan berkeliling. Pulanglah dulu.” Kata Duwi kepada managernya.
Korea kota yang indah. Sayang, banyak yang tidak menyukainya karena boyband dan girlbandnya. Duwi menghentikan motornya di depan sebuah toko kecil. Nampaknya, toko itu menjual berbagai hal tentang motor.
“I love this town.” Ia segera masuk ke toko itu. Di dalamnya terdapat banyak sekali aksesoris untuk motor. Ia memilih beberapa dan pergi ke kasir.
“Neo..?” Di sebelahnya berdiri seorang laki-laki. Ternyata ia adalah laki-laki yang menubruknya di airport.
“Nuguya?” Selain bahasa Indonesia, Duwi juga menguasai beberapa bahasa lain. Ia memperhatikan laki-laki itu, lalu sadar. “Oh, kau yang waktu itu. Annyeong haseyo.” Duwi tersenyum.
Aneh, pikirnya. “Annyeong haseyo. Oh, kau bisa berbahasa korea. Namaku Dio, siapa namamu?”
“Namaku Duwi. Aku pergi dulu.” Belum sempat melangkah, Dio menarik tangan Duwi.
“Mian. Bisakah kau memberiku nomor telponmu?” Ekspresi Dio sangat mengharapkannya.
“Oh, Baiklah.” Duwi lalu memberikan nomor telponnya dan pergi.
Siapa dia? Apa aku mengenalnya? Ah, mungkin dia penggemarku. Pikirnya.
Duwi sampai di hotelnya ketika managernya selesai menelepon. Tampak kekhawatiran di wajahnya.
“Ada apa?” Duwi merasa ada yang tidak beres.
“Sepertinya kita harus berada di sini hingga badai reda. Pihak bandara menghentikan semua penerbangan karena cuaca sedang buruk.”
“Apa? Untuk berapa lama?” Emosinya muncul lagi.
“Hingga mereka mengabari kita. Istirahatlah!”
“Aku tidak percaya!” Duwi membanting pintu keras-keras. Ia memejamkan mata dan akhirnya tertidur karena lelah.
========================
Baby don’t cry.. tonight.. handphonenya berbunyi dengan ringtone kesayangannya. “Halo?” Duwi menggeliat. Sepertinya ia masih malas bangun.
“Kau masih tidur ya? Cepat keluar. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”
“Siapa..?” Tuut..tuut. ia mematikan telponnya. Penasaran, Duwi segera pergi mandi lalu memilih baju yang pas. Ia berjalan menuju pintu depan. Tampak sosok seorang lelaki di depannya. Dan sepertinya lelaki itu tidak asing baginya. Baru saja Duwi akan menyapanya, lelaki itu berbalik dan langsung menyeretnya.
“Kau lama sekali! Ayo cepat!!”
“Hei, kau menyakitiku!”
“Oh, mianhae.” Mereka berdua lantas menuju tempat yang Dio maksud. Ternyata tempat itu tidak jauh. Baru beberapa menit mereka melaju, Dio sudah menghentikan motornya.
“Tempat apa ini?” Duwi melihat ke segala penjuru. Sepertinya itu sebuah panggung. “Untuk apa kau membawaku ke sini? Aku sedang tidak ingin menonton konser!” Lanjutnya.
“Hey, kenapa kau begitu kasar? Apa kau tidak ingin melihat konserku?”
“Mwo??” Duwi terperanjat mendengarnya. Sementara Duwi masih shock, Dio hanya tersenyum.
===========================
Ramai sekali suasana malam itu. Para penonton berteriak histeris menyebutkan idolanya masing – masing. Duwi berada di ruang VIP karena Dio yang memintanya. Kira – kira pukul 7 waktu korea konser pun di mulai. Betapa kagetnya Duwi saat mengetahui bahwa Dio adalah D.O, member Exo yang selama ini di selalu di elu – elukannya. Ia benar – benar tidak menyangka. “Ini gila!!” Pikirnya.
Untuk opening, mereka menyanyikan lagu Don’t Go. Para penonton ikut terbawa dalam suasana lagu tersebut. Beberapa lagu andalan mereka di nyanyikan malam itu. Dan kini tibalah untuk lagu terakhir.
“Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang saat ini sedang menonton saya di ruang VIP. Baby don’t cry..” Selesai berkata demikian D.O langsung mengambil posisi. Dari kejauhan Duwi tampak bingung.
“Dari ruang VIP? Bukankah di ruangan ini hanya ada aku??” Ia melihat sekeliling dan hasilnya nihil. Hanya ada ia di situ. “Berarti.. itu untukku?? Tapi kenapa?” Duwi menggeleng tak habis pikir. Lagu pun mulai di nyanyikan. Hingga sampai bagian reff, tiba – tiba music berhenti. Semua personil meninggalkan panggung. Yang tersisa hanya D.O. Lalu ia melanjutkan bagian reff.
Baby don’t cry tonight Eodumi geothigo namyeon
Baby don’t cry tonight eobseotdeon ili dwel geoya
Mulgeopumi dweneun geos-eun niga aniya ggeutnae mollayo haetdeon
So Baby don’t cry cry Nae sarangi neol jikil teni
Duwi menangis terharu. Ia merasa seakan di dalam dongeng. Di mana saat ini adalah dirinya yang sebagai pemeran utama telah menemukan cinta sejatinya. Berawal dari idola dan ternyata perasaan itu menjadi cinta yang sempurna untuk disatukan.
========================
“Apa kau menikmatinya?” Tanya D.O sambil memandangi langit. Nampaknya malam ini cahaya bintang sangat indah. Seolah mereka sengaja memancarkan cahaya indah mereka untuk kedua insan yang sedang beradu cinta di bawah langit malam.
“Menikmati apa?” Duwi sedikit ling lung. Jelas bahwa ia masih sedikit syok.
“Tentu saja menikmati surprise yang kuberikan”
“Oppa..” Duwi lalu menangis.
“Wae?? Kenapa kau menangis? Apa kau tidak suka dengan kejutan yang kuberikan? Mianhae chagi-ya” D.O lalu memeluk Duwi dan meminta maaf. Ia tau kejutan itu terlalu mengejutkan. Bahkan ia telah menyiapkannya selama berbulan – bulan.
“Gomawo oppa.. ini adalah hal terindah dalam hidupku.” Duwi tersenyum lalu mengusap air matanya. “Tapi, bagaimana bisa kau menyukaiku??”
“Kau tau? Aku telah mengincarmu sejak dulu. Sejak kau masuk tv aku sudah menjadi penggemarmu.”
“Kau bercanda kan oppa? Bagaimana mungkin seorang artis terkenal sepertimu bisa mejadi penggemarku??” Duwi sedikit mengejek.
“Emm.. entahlah. Awalnya aku tidak suka padamu. Kau itu jelek, tomboy pula.” D.O melirik Duwi.
“Mwo? Dasar..” D.O berlari dan Duwi pun mengejarnya. Mereka tertawa lepas pada malam itu. Lelah, mereka berbaring di atas rerumputan nan hijau. Hmm.. menghabiskan malam berdua bersama orang yang kita cintai memang terasa indah.
“Sudah larut. Kajja kita pulang!”
“Kajja kajja.”
D.O menghidupkan motornya. Mereka lalu melaju menuju hotel tempat Duwi menginap. Sepanjang perjalanan mereka menyanyikan lagu – lagu exo. Mungkin suatu saat D.O akan mengajaknya berduet menyanyikan lagu – lagu favorit mereka.
Dari arah berlawanan sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi. Sepertinya supir truk itu sedang mabuk berat. Samapai di tikungan.. braakKKkkk!! Tabrakan tak dapat terhindarkan lagi. D.O dan Duwi terlempar ke seberang jalan. Beruntung tidak ada kendaraan lain yang melaju saat itu.
“Oppa..” Panggil Duwi. Suaranya lirih. Ia hampir tak dapat berbicara. Sepertinya lukanya parah. Entah ia bisa selamat atau tidak.
“Chagi-ya” D.O menghampirinya sambil terpincang – pincang. “Yeoboseyo. 911. Cepat kirimkan ambulan ke jalan Hannam-dong!! Bertahanlah, kau pasti akan selamat. Aku akan mencari bantuan di sekitar sini.” Baru saja D.O akan beranjak, sebuah tangan mencegatnya.
“Tetaplah di sini bersamaku..” Tangan Duwi terus memegang tangan D.O dengan erat.
“Tapi chagi-ya..” D.O menunduk. Air matanya menetes membasahi pipinya. Dalam keadaan seperti itu tiba – tiba Duwi menyanyikan lagu baby don’t cry. Mungkin dengan sisa suara yang ia miliki.
Baby don’t cry tonight Eodumi geothigo namyeon
Baby don’t cry tonight eobseotdeon ili dwel geoya
Mulgeopumi dweneun geos-eun niga aniya ggeutnae mollayo haetdeon
So Baby don’t cry cry Nae sarangi neol jikil teni
Selesainya, Duwi langsung tergeletak tak berdaya. Ia telah meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

“Chagi-yaa..!!!” Bersamaan dengan teriakan D.O, bumi bergetar hebat seperti terjadi gempa bumi. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Tak ada lagi yang dapat di lakukan. Hanya penyesalanlah yang tersisa..

THE END

Terinspirasi dari : Baby Don't Cry (Lagu EXO)