Kriiinnnggg…. bel tanda masuk pun berbunyi. Beberapa siswa terlihat berlari-lari kecil menuju kelasnya masing-masing. Aku dan kedua sahabatku sudah berada di kelas sejak tadi pagi. Itu semua karena rumah kami cukup jauh jadi kami selalu berangkat lebih pagi agar tak ketinggalan bis. Tiba-tiba Cindra menepuk bahuku.
“Heh, ngelamun aja lo!”Aku terkejut dengan kehadirannya yang tak jelas asal usulnya.
“Buset dah. Lo bisa nggak sehari aja nggak bikin orang kaget? Untung gue nggak jantungan!!” Aku berteriak karena kaget.
“Hehehe… sorry deh. Eh, lo tau nggak kalo di sekolah kita bakalan ada murid baru? Denger - denger sih pindahan dari Bandung gitu. Wah, pasti keren tuh cowok!” Cindra berandai - andai sambil terus membayangkannya. Nah, mulai deh! Batinku dalam hati. Sementara Cindra sibuk dengan imajinasinya, aku berdiri dan melangkah menghampiri Sami.
“What happen?” Tanyanya sebelum aku sempat menyapanya.
“Tuh Cindra. Lagi sibuk ama pangeran khayalannya. Emang bener ya ada murid baru? Cepet banget nyebarnya!”Pertanyaan itupun akhirnya keluar dari mulutku. Walaupun sebenarnya itu tidak penting. Tapi entah kenapa berita anak baru itu membuatku penasaran.
“Gue juga nggak tau pasti. Yang gue tau dia mulai masuk hari ini dan coba lo bayangin. Dia anak kepala yayasan sekolah kita!”
“Ssstttt…..” Pak Wawan dateng. Salah satu siswa memperingatkan kami. Dan benar saja. Suara pintu diketuk dari luar.
“Selamat pagi,anak-anak!”
“Selamat pagi, Pak!”Jawab anak-anak. Sementara itu, aku sibuk melamun seorang diri. Huh! Biasanya anak kepala yayasan tuh sombong, blagu, and tebar pesona. Moga aja tuh anak nggak sekelas ama gue!
“Kedatangan Bapak kemari ingin memberi tahu bahwa hari ini kalian mendapatkan teman baru. Dia adalah murid pindahan dari SMA Bandung.”
Glek! Aku langsung terhenyak. Aku dan Sami saling berpandangan. Gila!Baru aja gue berharap biar nggak sekelas, eh malah sekelas! Ini namanya bencana!!
“Silahkan masuk dan perkenalkan diri.” Semua pandangan tertuju pada satu titik. Ya, pintu! Begitu ia masuk, suasana kelas menjadi hening. Nyaris tak ada suara. Itu semua karena dia sangat handsome. And he’s very cool! Tapi aku kesal!! Sebabnya? Dia mirip artis korea favoritku. KEY Shinee…!
“Hai, guys. Kenalin nama gue Rasya Adirangga. Gue dari SMA Bandung. Mohon bantuan and kerjasamanya.” Ia memberi salam dengan membungkuk layaknya orang korea. Senyumnya yang khas membuat siapa saja tertarik saat melihatnya.
Selesai, Rasya berjalan ke arahku. Aku jadi salting! Aku lupa bahwa tempat duduk di sebelahku kosong.
“Ngapain lo ke sini?”Tanyaku berang.
“Yeee… lo kok galak banget sih! Gue mao duduk situ. Lagian tuh bangku kan mubazir kalo kosong!!” Rasa melemparkan tasnya ke atas meja.
“Eeehh… emang sapa suruh lo duduk situ?!! Minggir - minggir!!!”
“Yeee… emang ni bangku udah hak paten lo apa? Gue disini juga bayar!” aku langsung diam seribu bahasa begitu mendengarnya. “Kenapa? Diem juga kan lo!” Rasya tersenyum bangga atas kemenangannya. Tunggu pembalasan gue!!!!!!
*****
Beberapa hari kemudian, hubunganku dengan Rasya belum juga membaik. Ada saja perdebatan diantara kami. Hingga akhirnya kami diklat anggota. Kami sama - sama mengikuti sebuah komunitas. Nyebeliin…!!! Kita berangkat pukul 3 sore. Malam harinya kita buat api unggun gitu. Ada yang main gitar, nyanyi, dll. Pokoknya semuanya pada have fun. Ups, ternyata nggak semuanya. Rasya sakit. Parahnya, Rasya anggota dalam timku dan sebagai ketua aku bertanggung jawab atas dirinya. Dasar apeesss!!!!!
Rasya tertidur pulas ditenda. Berkali - kali aku mengganti kompresnya. Setelah kuperhatikan, Rasya tak seburuk yang kukira. Dia emang agak cuek, tapi nggak sombong and tebar pesona.Tanpa sadar aku mulai terpesona padanya. Miriippp…banget! Andai aja lo bener-bener Key. Ucapku berangan - angan.
Tiba - tiba Rasya mengigau dan menggenggam tanganku. Waduh, gawat nih! Saat kusentuh dahinya, badannya menggigil dan suhu tubuhnya semakin naik. Aku keluar mencari Pembina dan menyarankan agar Rasya segera di bawa ke rumah sakit terdekat. Sampai di rumah sakit Rasya masuk UGD dan harus di opname selama 5 hari. Hampir setiap hari aku menjenguknya. Sampai-sampai ada yang mengira aku ini kekasihnya.
Tak terasa 1 minggu berlalu. Rasya sudah sehat dan mulai bersekolah. Baru saja aku datang, Rasya melemparkan senyumnya padaku. Aneh! Pikirku.
“Hei!” Rasya membuka percakapan.
“Hei juga. What’s the matter?”
“Nothing. Gue Cuma mau bilang thanks”
“Ooh.. it’s ok. Udah tugas gue sebagai ketua tim” Jawabku cuek.
“Mm… sebenernya gue juga pengen ngomong sesuatu ama lo.” Aku menoleh dan menunggu kata - kata selanjutnya. Rasya menarik tanganku dan mengajakku ke depan kelas. Terang aja, kami jadi pusat perhatian.
“Lo apa-apaan sih! Malu tau diliatin gini!!”
“Udah nggak papa.”
Rasya mengambil gitar yang kurasa sudah ia siapkan. Ia menyanyikan lagu “When I’m fallin’ love”. Akhir kata…
“Victoria, will you be my girl?”
Spontan aku terlonjak kaget. Begitu juga seisi kelas. Rasya - Victoria yang tadinya sebagai Tom&Jerry, kini berganti haluan menjadi Pangeran dan Cinderella. Sungguh luar biasa. Amazing! Semua masih menantikan jawanbanku. Aku bingung apa yang harus kupilih. Ini seperti kuis yes - no question dalam E-Club yang kuikuti. Dan pertanyaannya bener-bener muter otak kita. Yah, bisa diibaratkan seperti itu.
I keep thinking, thinking dan thinking. Hingga akhirnya..
“ I will…” Suasana kelas menjadi gaduh dan kami pun tidak luput dari sorakan mereka. Sejak saat itu kami melalui hari-hari bersama. Baik itu suka maupun duka.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar