Jumat, 07 Februari 2014

Black Pearl part. II

            Dumm..!! Terdengar suara dentuman yang sangat keras dari arah utara. Sebuah pesawat mirip pesawat luar angkasa telah mendarat di situ. Pesawat itu tidak lain adalah pesawat Pangeran Jong In. Ia telah berhasil menemukan Black Pearl dan pulang dengan keadaan selamat tanpa luka sedikit pun.
            Pintu pesawat terbuka. Perlahan Pangeran muncul dengan senyum yang merekah di bibirnya. Namun senyuman itu hilang setelah ia menapakkan kakinya di tanah. Pemandangan di sekeliling sangat mengecewakan.
“Apa yang terjadi pada planetku? Ke mana semua rakyatku?” Pangeran melangkahkan kakinya menuju istana. Aneh! Tak ada yang berjaga di pintu gerbang. Padahal ia selalu mengutus pengawal untuk berjaga di pintu gerbang istana. Ia terus saja masuk menuju istana.
            Perlahan Pangeran membuka pintu istana dan tampak seseorang sedang berdiri di samping singgasananya. Orang itu adalah Zyn, penasehat yang kini sedang menyamar sebagai dirinya. Pangeran kemudian menghampirinya.
“Zyn, apa yang terjadi? Ke mana semua orang?” Pangeran memegang pundak Zyn lalu membalik tubuhnya. Alangkah terkejutnya Pangeran ketika melihat tubuh Zyn membiru. Zyn langsung tergeletak tak berdaya di lantai. Pangeran lalu mengangkat kepala Zyn dan meletakkannya di pangkuannya.
“Zyn, apa yang terjadi? Katakan padaku siapa yang melakukan ini!” Dengan suara yang tersisa, Zyn mencoba mengutarakan sesuatu. Pangeran mendekatkan telinganya ke arah Zyn.
“Ha.. hamba min..ta ma..af Pangeran. Penyihir yang me..lakukan semu..a i..ni.” Zyn lalu tak sadarkan diri.
“Zyn..!! Sialan kau penyihir!! Kau akan membayar semua ini!” Pangeran mengepalkan tangannya karena geram.
“Pangeran.. memanggil hamba?” Tiba – tiba penyihir itu muncul di depan pintu istana. Ia melangkah masuk kemudian sedikit membungkuk guna memberi hormat. Ia lalu menengadahkan kepalanya dan tersenyum mengejek.
“Apa yang telah kau lakukan terhadap rakyatku, penyihir!”
“Hahaha.. hamba tidak melakukan apa pun Pangeran. Hamba hanya bermaksud membebaskan planet ini.. darimu Pangeran.”
“Beraninya kau!!” Pangeran langsung menyerang penyihir itu tanpa berpikir bahwa kekuatannya masih belum kembali. Penyihir itu mengeluarkan sihirnya dan Pangeran terpental hingga keluar istana. Penyihir itu tertawa puas atas kemenangannya.
“Ayolah, Pangeran. Kau masih ingin melawanku dengan tangan kosong? Hahaha.. dasar bodoh!” Penyihir mengeluarkan sihirnya lagi dan menembakkannya pada Pangeran. Untunglah ia segera menghindar dengan gesitnya. Sebagai seorang Pangeran ia memang sudah di bekali bela diri sejak kecil.
“Aku memang tidak mempunyai kekuatan saat ini. Tapi aku percaya pada kekuatan keberanian! Hyaa..” Pangeran tetap saja menyerang walaupun ia tahu itu semua sia – sia. Dengan gesit penyihir menghindar lalu dengan kecepatan yang luar biasa ia berada di belakang Pangeran.
“Matilah kau!!” Penyihir lalu menembakkan sihirnya kepada Pangeran dari belakang. Pangeran terpental jauh dan tubuhnya menghantam tembok istana. Ia tergeletak di lantai. Tubuhnya pun melemah. Mungkin sudah saatnya ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan seperti itu. Penyihir itu mendekat lalu menendang Pangeran hingga ia terlentang.
“Menyerahlah. Mungkin kau akan kuampuni dan kujadikan budakku, hahaha..” Dalam keadaan seperti itu, Pangeran teringat pada Black Pearl. Teringat akan janji yang harus di penuhinya. Bagaimana pun juga ia telah berjanji pada Black Pearl untuk datang saat ulang tahunnya. Pangeran mencoba bangkit dengan kekuatan yang tersisa. Kejadian itu membuat penyihir semakin geram.
“Ooh.. kau tidak menyerah juga ya? Hahaha.. bagus bagus.” Penyihir bertepuk tangan untuk itu.
“Heh, menyerah? Tidak akan!!” Pangeran kembali menyerang dengan tangan kosong. Pertempuran sengit pun tak dapat terelakkan antara Pangeran dan Penyihir. Penyihir berulang kali menyerang Pangeran dengan sihirnya dan Pangeran pun selalu menghindar dengan gesit.
“Cukup! Hentikan permainan ini. Akan kutunjukkan kehebatanku sekarang!”
“Oh jadi dari tadi kau tidak hebat ya?” Pangeran tertawa mengejek. Penyihir mengucapkan mantranya yang paling dahsyat. Mantra itu adalah mantra penyegel nyawa. Sebenarnya mantra itu sudah tidak digunakan lagi sejak berabad – abad lalu. Rupanya penyihir ini diam – diam mempelajarinya. Pangeran sontak terkejut melihatnya.
“A..apa? Mantra penyegel nyawa? Bukankah..?”
“Ya, mantra yang sudah lama hilang. Namun, aku telah membangkitkannya. Terimalah ini!!” Penyihir menembakkan sihir itu tepat ke arah Pangeran. Pangeran diam tak berkutik di tempatnya.
            Tiba – tiba bayangan Black Pearl muncul di depannya. Dengan tersenyum sambil berkata, “Kau sudah janji datang kan? Maka kau harus menepatinya apa pun yang terjadi.” Lalu dengan tiba – tiba pula bayangan itu hilang. Pangeran menutup matanya. “Ibu, apa yang harus kulakukan sekarang?” Samar – samar terdengar suara mirip ibunya. Tidak! Itu memang ibunya! “Anakku. Engkau tidak perlu kekuatan sihir untuk mengalahkannya. Yang engkau butuhkan adalah kekuatan yang berasal dari hati. Engkau adalah Pangeran, yang berarti sihir tumbuh di dalam dirimu. Ingatlah itu, anakku..” Ibunya lalu menghilang.
            Kekuatan hati? Ah! Pangeran lalu membuka matanya. Ia mulai menggerakkan tangannya. Ia menggunakan sihir pertahanan untuk menahan serangan penyihir.
“Hahaha.. rasakan itu!”Sedikit demi sedikit debu itu mulai menghilang. Terlihat Pangeran masih berdiri tenang di tempatnya.
“A..apa? Bagaimana bisa?” Penyihir tak percaya pada kejadian yang baru terjadi. Pangeran tersenyum. Ia lalu mengepakkan kedua sayapnya. Perlahan ia mulai melayang di udara.
“Kenapa kau seperti terkejut melihatku? Atau kau terpana dengan sayap baruku? Haha.. bukankan sudah kubilang kalau aku percaya dengan kekuatan keberanian. Sekarang giliranku!” Pangeran menembakkan sihir yang luar biasa. Akhirnya penyihir itu tersegel dalam sebuah dimensi lain. “Kau akan tersegel dalam dimensi itu selamanya.”
            Pangeran lalu terbang menuju istananya. Ia berencana akan menata ulang planetnya. Yang paling penting, ia masih dapat memenuhi janjinya untuk menemui Black Pearl.
********
            Minhyo memandang keluar jendelanya. Sepertinya sang bintang sedang ceria. Cahayanya begitu terang menghiasi langit malam. Minhyo lalu mengangkat tangannya. Ia menulis nama Jong dengan menghubungkan bintang yang satu dengan yang lain.
“Ya.. kau akan datang kan? Ulang tahunku 3 hari lagi. Umm.. kau baik – baik saja kan di sana?” Ia tersenyum sambil melambaikan tangan ke salah satu bintang yang paling bersinar. Ia yakin itu adalah Planet Exo.
            Jauh di seberang tata surya, Jong juga melakukan hal yang sama. Ia berada di balkon kamarnya sambil memandangi bintang. “Walaupun bintang – bintang ini sangat indah, namun tak ada yang lebih indah selain engkau Black Pearl.” Sebuah senyuman merekah di bibirnya. Ia masuk ke kamar lalu beristirahat.
            Hari yang di tunggu pun tiba. Tanggal 13 Agustus mungkin hari yang biasa bagi orang lain. Tetapi untuk Minhyo, mungkin hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Kenapa tidak? Ia akan bertemu dengan sang Pangeran malam ini.
            Pagi itu Minhyo bersiap – siap pergi ke sekolah. Ia mengambil tas lalu turun untuk sarapan.
“Saengil chukka hamnida..!!” Keluarganya memberikan kejutan untuk Minhyo.
“Ah, kalian mengagetkanku. Gomawo appa, eomma.” Minhyo memeluk appa dan eommanya.
“Kau harus bersemangat Minhyo. Ini hari istimewamu. Jangan sampai kehabisan energi.”
“Ne, algeseumnida. Tidak perlu khawatir soal itu appa.”
“Gurae. Kajja kita makan.” Mereka makan dengan lahapnya. Terakhir, Minhyo meneguk segelas susu yang ada di depannya. “Aku berangkat..”
“Hati – hati di jalan”
            Sampai di gerbang, Minhyo menghentikan langkahnya. Ia menatap gerbang itu dalam – dalam. Gerbang itu mengingatkannya akan Planet Exo. Saat itu ia juga berada di depan gerbang. Setelah menarik nafas yang cukup panjang, ia meneruskan langkahnya.
“Saengil chukka hamnida, Minhyo.” Beberapa temannya mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Setelah mengucapkan terima kasih, Minhyo menghampiri Yuri yang sedari tadi memperhatikannya dari pintu.
“Wah wah.. temanmu banyak sekarang.” Yuri sedikit menyindir.
“Ya.. begitulah. Tapi kau tetap yang terbaik Yuri.”
“Oh, jinjja? Saengil chukka hamnida, Minhyo.” Yuri lalu merangkul Minhyo. Kemudian mereka pergi ke kantin sekolah. Yuri memesan beberapa makanan sementara Minhyo hanya tertarik pada minuman. Mereka memilih tempat duduk yang tidak terlalu jauh.
“Minhyo, kau sekarang sudah 17 tahun. Tidakkah kau ingin mencari seseorang yang berarti dalam hidupmu?” Minhyo tidak merespon. Pikirannya sedang melayang jauh ke angkasa.
“Ya.. kau melamun lagi ya?” Yuri segera menyadarkan Minhyo dari lamunannya.
“Oh, mian Yuri.”
“Apa ada sesuatu? Kau tidak menceritakannya padaku?” Yuri jadi cemberut karenanya.
“Ah, andwe. Sebenarnya aku tidak yakin kau akan mempercayainya.”
“Kau saja belum menceritakannya. Bagaimana kau tahu responku?”
“Baiklah baiklah.” Minhyo mulai menceritakan bagaimana ia menemukan sebuah benda sebesar kelereng yang ternyata adalah benda berharga Planet Exo. Ia juga menceritakan saat dirinya berkelana ke Planet Exo dan membongkar rahasia penyihir. Dan yang terakhir ia juga menceritakan bahwa sang Pangeran mengajaknya menjadi Ratunya di Planet Exo.
“Ara. Sekarang kau boleh menertawakanku.” Seketika itu juga Yuri tertawa. Minhyo jadi menyesal telah menceritakannya.
“Kau bercanda kan?” Yuri melihat ekspresi Minhyo yang meyakinkan dan langsung terdiam. “Hmm.. kau tahu? Itu kisah terhebat yang pernah ku dengar! Lalu, di mana dia sekarang?” Ekspresi Minhyo seketika berubah mendengarnya.
“Ups, mian. Tapi apa yang terjadi?”
“Dia kembali ke tempat asalnya. Tapi dia berjanji akan menemuiku pada ulang tahunku yang ke 17.”
“Bukankah itu hari ini? Wah, kau pasti sangat senang hari ini.”
“Mmm.. molla.”
********
            Malamnya, keluarga Minhyo mengadakan pesta sederhana. Yuri juga ikut memeriahkannya. Banyak makanan yang disediakan di situ. Dan yang paling penting adalah kue ulang tahun dengan lilin di atasnya.
“Kami harap kau menyukainya Minhyo. Ya, walaupun sederhana.”
“Eomma, ini lebih dari cukup. Gomawo.”
“Arasseo. Sekarang waktunya tiup lilin. Tapi sebelum itu, kau harus membuat permohonan.” Yuri mulai menyalakan lilinnya. Minhyo merekatkan tangannya lalu memejamkan mata. Ia mulai mengucapkan permohonannya dalam hati. “Aku tidak pernah meminta apa pun dari-Mu. Tapi untuk sekarang, ku mohon. Buatlah ia memenuhi janjinya padaku.”
            Tiba – tiba lilin itu padam. Angin berhembus cukup kencang meskipun semua jendela dan pintu tertutup. Mereka mulai panik atas kejadian itu. Di tengah – tengah kepanikan itu, pintu rumah terbuka. Tak lama terlihat seorang laki – laki muncul. Kedua tangannya disembunyikan di belakang tubuhnya. Dengan santai ia berjalan masuk.
“Maaf aku terlambat. Apa pestanya sudah dimulai?” Tak lupa senyuman khasnya muncul.
“Kau.. Jong kan?” Seru eomma Minhyo. Yuri langsung menatap Minhyo. Seolah berkata, wow! Apa dia malaikat?!
“Lama tak jumpa bi. Aku datang tepat waktu kan?” Ia memandang Minhyo.
“Kau terlambat!” Minhyo menghampirinya perlahan. Ia memukul Jong lalu merangkulnya. Sungguh dekapan yang sangat hangat. Jong lalu mengeluarkan sesuatu yang sedari tadi disembunyikannya di balik tubuh.
“Aku tak tahu apa yang kau suka. Jadi aku hanya membeli ini waktu di jalan.” Ia menyerahkan sebuah boneka teddy bear berwarna biru. Boneka itu memegang hati yang bertuliskan I love you.
“Gomawo. Aku suka.”
“Baiklah, karena semua sudah datang mari kita lanjutkan pestanya.” Mereka melanjutkan pesta yang tadi sempat tertunda. Semuanya benar – benar gembira malam itu. Minhyo apalagi. Tak ada yang pernah benar – benar tulus seperti Jong. Karenanya, ia sangat bersyukur dan bersumpah tidak akan pernah melepaskan Jong apa pun yang terjadi.
“Sebenarnya, bi..” Jong menghentikan kata – katanya.
“Uh, ada apa Jong? Katakan saja.”
“Aku tidak enak mengatakannya bi. Tapi paman dan bibi tahu aku tulus kepada Minhyo. Aku berniat membawanya ke Planetku dan menjadikannya Ratuku.”
“Planet? Ratu? Apa yang kau maksud Jong?”
“Itu benar bi. Jong bukan berasal dari Planet kita.” Yuri tiba – tiba menyela. Ibunya menatap Minhyo. Dengan menyesal Minhyo menganggukkan kepalanya.
“Hmm..” Ayah dan ibunya terdiam.
“Minhyo bisa ke sini kapan saja yang ia mau. Aku janji paman, bibi.” Ayah dan ibunya saling berpandangan. Cukup lama suasana menjadi hening. Hingga akhirnya keputusan di buat.
“Aku tidak akan melarang Minhyo jika itu memang keinginannya.”
“Eomma..”
“Jika begitu.. selamat bergabung di keluarga kami Jong In.”
“Jinjja, appa?”
“Ne..” Minhyo langsung merangkul ayah dan ibunya.
“Aku berjanji akan sering datang. Yuri, gomawo.”
“Gwenchana. Tapi, apakah banyak pemuda tampan sepertimu di sana Jong?” Mereka tertawa kecil.
“Oh, kau ingin juga Yuri? Eumm.. sepertinya adikku cocok denganmu.”
“Neo dongsaeng? Kau tidak pernah cerita.”
“Gurae? Ah, kau akan segera bertemu dengannya bukan?”
“Dongsaeng? Ajak dia kemari jika kau sempat.”
“Arasseo. Bolehkah kami pergi sekarang, bi?”
“Kami mengandalkanmu.”
“Tenang saja paman, bi.” Setelah berpelukan dengan eomma, appa dan Yuri mereka mengantarkan Minhyo ke depan.
“Di mana pesawatnya?” Tanya Minhyo.
“Ah, aku belum memberitahumu ya? Kiat tidak akan naik pesawat.”
“Lalu?”
“Fly!”
“Mwo?” Jong menjetikkan jarinya dan seketika itu juga terdapat sayap di punggung Minhyo. Sayap yang begitu indah seperti pemiliknya.
“Omo! Ini..”
“Indah kan?” Ia mengulurkan tangannya. Perlahan mereka melayang di udara. Tak lupa mereka melambaikan tangan.
“Pasangan yang hebat kan paman, bi?” Yuri membalas lambaian tangannya.
            Setelah cukup terbiasa, Minhyo dan Jong melesat terbang ke angkasa. Menembus awan yang akan membawa mereka ke dalam dimensi lain. Dan kehidupan baru.. akan segera di mulai..

THE END

2 komentar: