Dumm..!! Terdengar suara dentuman yang sangat keras dari arah
utara. Sebuah pesawat mirip pesawat luar angkasa telah mendarat di situ. Pesawat
itu tidak lain adalah pesawat Pangeran Jong In. Ia telah berhasil menemukan
Black Pearl dan pulang dengan keadaan selamat tanpa luka sedikit pun.
Pintu pesawat
terbuka. Perlahan Pangeran muncul dengan senyum yang merekah di bibirnya. Namun
senyuman itu hilang setelah ia menapakkan kakinya di tanah. Pemandangan di
sekeliling sangat mengecewakan.
“Apa yang terjadi pada planetku? Ke
mana semua rakyatku?” Pangeran melangkahkan kakinya menuju istana. Aneh! Tak
ada yang berjaga di pintu gerbang. Padahal ia selalu mengutus pengawal untuk
berjaga di pintu gerbang istana. Ia terus saja masuk menuju istana.
Perlahan Pangeran
membuka pintu istana dan tampak seseorang sedang berdiri di samping
singgasananya. Orang itu adalah Zyn, penasehat yang kini sedang menyamar
sebagai dirinya. Pangeran kemudian menghampirinya.
“Zyn, apa yang terjadi? Ke mana semua
orang?” Pangeran memegang pundak Zyn lalu membalik tubuhnya. Alangkah
terkejutnya Pangeran ketika melihat tubuh Zyn membiru. Zyn langsung tergeletak
tak berdaya di lantai. Pangeran lalu mengangkat kepala Zyn dan meletakkannya di
pangkuannya.
“Zyn, apa yang terjadi? Katakan padaku
siapa yang melakukan ini!” Dengan suara yang tersisa, Zyn mencoba mengutarakan
sesuatu. Pangeran mendekatkan telinganya ke arah Zyn.
“Ha.. hamba min..ta ma..af Pangeran.
Penyihir yang me..lakukan semu..a i..ni.” Zyn lalu tak sadarkan diri.
“Zyn..!! Sialan kau penyihir!! Kau
akan membayar semua ini!” Pangeran mengepalkan tangannya karena geram.
“Pangeran.. memanggil hamba?” Tiba –
tiba penyihir itu muncul di depan pintu istana. Ia melangkah masuk kemudian
sedikit membungkuk guna memberi hormat. Ia lalu menengadahkan kepalanya dan
tersenyum mengejek.
“Apa yang telah kau lakukan terhadap
rakyatku, penyihir!”
“Hahaha.. hamba tidak melakukan apa
pun Pangeran. Hamba hanya bermaksud membebaskan planet ini.. darimu Pangeran.”
“Beraninya kau!!” Pangeran langsung
menyerang penyihir itu tanpa berpikir bahwa kekuatannya masih belum kembali.
Penyihir itu mengeluarkan sihirnya dan Pangeran terpental hingga keluar istana.
Penyihir itu tertawa puas atas kemenangannya.
“Ayolah, Pangeran. Kau masih ingin
melawanku dengan tangan kosong? Hahaha.. dasar bodoh!” Penyihir mengeluarkan
sihirnya lagi dan menembakkannya pada Pangeran. Untunglah ia segera menghindar
dengan gesitnya. Sebagai seorang Pangeran ia memang sudah di bekali bela diri
sejak kecil.
“Aku memang tidak mempunyai kekuatan
saat ini. Tapi aku percaya pada kekuatan keberanian! Hyaa..” Pangeran tetap
saja menyerang walaupun ia tahu itu semua sia – sia. Dengan gesit penyihir
menghindar lalu dengan kecepatan yang luar biasa ia berada di belakang
Pangeran.
“Matilah kau!!” Penyihir lalu
menembakkan sihirnya kepada Pangeran dari belakang. Pangeran terpental jauh dan
tubuhnya menghantam tembok istana. Ia tergeletak di lantai. Tubuhnya pun
melemah. Mungkin sudah saatnya ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan seperti
itu. Penyihir itu mendekat lalu menendang Pangeran hingga ia terlentang.
“Menyerahlah. Mungkin kau akan
kuampuni dan kujadikan budakku, hahaha..” Dalam keadaan seperti itu, Pangeran
teringat pada Black Pearl. Teringat akan janji yang harus di penuhinya. Bagaimana
pun juga ia telah berjanji pada Black Pearl untuk datang saat ulang tahunnya.
Pangeran mencoba bangkit dengan kekuatan yang tersisa. Kejadian itu membuat
penyihir semakin geram.
“Ooh.. kau tidak menyerah juga ya?
Hahaha.. bagus bagus.” Penyihir bertepuk tangan untuk itu.
“Heh, menyerah? Tidak akan!!” Pangeran
kembali menyerang dengan tangan kosong. Pertempuran sengit pun tak dapat
terelakkan antara Pangeran dan Penyihir. Penyihir berulang kali menyerang
Pangeran dengan sihirnya dan Pangeran pun selalu menghindar dengan gesit.
“Cukup! Hentikan permainan ini. Akan
kutunjukkan kehebatanku sekarang!”
“Oh jadi dari tadi kau tidak hebat
ya?” Pangeran tertawa mengejek. Penyihir mengucapkan mantranya yang paling
dahsyat. Mantra itu adalah mantra penyegel nyawa. Sebenarnya mantra itu sudah
tidak digunakan lagi sejak berabad – abad lalu. Rupanya penyihir ini diam –
diam mempelajarinya. Pangeran sontak terkejut melihatnya.
“A..apa? Mantra penyegel nyawa?
Bukankah..?”
“Ya, mantra yang sudah lama hilang.
Namun, aku telah membangkitkannya. Terimalah ini!!” Penyihir menembakkan sihir
itu tepat ke arah Pangeran. Pangeran diam tak berkutik di tempatnya.
Tiba – tiba
bayangan Black Pearl muncul di depannya. Dengan tersenyum sambil berkata, “Kau
sudah janji datang kan? Maka kau harus menepatinya apa pun yang terjadi.” Lalu
dengan tiba – tiba pula bayangan itu hilang. Pangeran menutup matanya. “Ibu,
apa yang harus kulakukan sekarang?” Samar – samar terdengar suara mirip ibunya.
Tidak! Itu memang ibunya! “Anakku. Engkau tidak perlu kekuatan sihir untuk
mengalahkannya. Yang engkau butuhkan adalah kekuatan yang berasal dari hati.
Engkau adalah Pangeran, yang berarti sihir tumbuh di dalam dirimu. Ingatlah
itu, anakku..” Ibunya lalu menghilang.
Kekuatan hati?
Ah! Pangeran lalu membuka matanya. Ia mulai menggerakkan tangannya. Ia
menggunakan sihir pertahanan untuk menahan serangan penyihir.
“Hahaha.. rasakan itu!”Sedikit demi
sedikit debu itu mulai menghilang. Terlihat Pangeran masih berdiri tenang di
tempatnya.
“A..apa? Bagaimana bisa?” Penyihir tak
percaya pada kejadian yang baru terjadi. Pangeran tersenyum. Ia lalu
mengepakkan kedua sayapnya. Perlahan ia mulai melayang di udara.
“Kenapa kau seperti terkejut
melihatku? Atau kau terpana dengan sayap baruku? Haha.. bukankan sudah kubilang
kalau aku percaya dengan kekuatan keberanian. Sekarang giliranku!” Pangeran
menembakkan sihir yang luar biasa. Akhirnya penyihir itu tersegel dalam sebuah
dimensi lain. “Kau akan tersegel dalam dimensi itu selamanya.”
Pangeran lalu
terbang menuju istananya. Ia berencana akan menata ulang planetnya. Yang paling
penting, ia masih dapat memenuhi janjinya untuk menemui Black Pearl.
********
Minhyo memandang
keluar jendelanya. Sepertinya sang bintang sedang ceria. Cahayanya begitu
terang menghiasi langit malam. Minhyo lalu mengangkat tangannya. Ia menulis
nama Jong dengan menghubungkan bintang yang satu dengan yang lain.
“Ya.. kau akan datang kan? Ulang
tahunku 3 hari lagi. Umm.. kau baik – baik saja kan di sana?” Ia tersenyum
sambil melambaikan tangan ke salah satu bintang yang paling bersinar. Ia yakin
itu adalah Planet Exo.
Jauh di seberang
tata surya, Jong juga melakukan hal yang sama. Ia berada di balkon kamarnya
sambil memandangi bintang. “Walaupun bintang – bintang ini sangat indah, namun
tak ada yang lebih indah selain engkau Black Pearl.” Sebuah senyuman merekah di
bibirnya. Ia masuk ke kamar lalu beristirahat.
Hari yang di
tunggu pun tiba. Tanggal 13 Agustus mungkin hari yang biasa bagi orang lain.
Tetapi untuk Minhyo, mungkin hari ini adalah hari yang paling membahagiakan
dalam hidupnya. Kenapa tidak? Ia akan bertemu dengan sang Pangeran malam ini.
Pagi itu Minhyo
bersiap – siap pergi ke sekolah. Ia mengambil tas lalu turun untuk sarapan.
“Saengil chukka hamnida..!!”
Keluarganya memberikan kejutan untuk Minhyo.
“Ah, kalian mengagetkanku. Gomawo
appa, eomma.” Minhyo memeluk appa dan eommanya.
“Kau harus bersemangat Minhyo. Ini
hari istimewamu. Jangan sampai kehabisan energi.”
“Ne, algeseumnida. Tidak perlu
khawatir soal itu appa.”
“Gurae. Kajja kita makan.” Mereka
makan dengan lahapnya. Terakhir, Minhyo meneguk segelas susu yang ada di
depannya. “Aku berangkat..”
“Hati – hati di jalan”
Sampai di
gerbang, Minhyo menghentikan langkahnya. Ia menatap gerbang itu dalam – dalam.
Gerbang itu mengingatkannya akan Planet Exo. Saat itu ia juga berada di depan
gerbang. Setelah menarik nafas yang cukup panjang, ia meneruskan langkahnya.
“Saengil chukka hamnida, Minhyo.”
Beberapa temannya mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Setelah mengucapkan
terima kasih, Minhyo menghampiri Yuri yang sedari tadi memperhatikannya dari
pintu.
“Wah wah.. temanmu banyak sekarang.”
Yuri sedikit menyindir.
“Ya.. begitulah. Tapi kau tetap yang
terbaik Yuri.”
“Oh, jinjja? Saengil chukka hamnida,
Minhyo.” Yuri lalu merangkul Minhyo. Kemudian mereka pergi ke kantin sekolah.
Yuri memesan beberapa makanan sementara Minhyo hanya tertarik pada minuman.
Mereka memilih tempat duduk yang tidak terlalu jauh.
“Minhyo, kau sekarang sudah 17 tahun.
Tidakkah kau ingin mencari seseorang yang berarti dalam hidupmu?” Minhyo tidak
merespon. Pikirannya sedang melayang jauh ke angkasa.
“Ya.. kau melamun lagi ya?” Yuri
segera menyadarkan Minhyo dari lamunannya.
“Oh, mian Yuri.”
“Apa ada sesuatu? Kau tidak
menceritakannya padaku?” Yuri jadi cemberut karenanya.
“Ah, andwe. Sebenarnya aku tidak yakin
kau akan mempercayainya.”
“Kau saja belum menceritakannya.
Bagaimana kau tahu responku?”
“Baiklah baiklah.” Minhyo mulai
menceritakan bagaimana ia menemukan sebuah benda sebesar kelereng yang ternyata
adalah benda berharga Planet Exo. Ia juga menceritakan saat dirinya berkelana
ke Planet Exo dan membongkar rahasia penyihir. Dan yang terakhir ia juga
menceritakan bahwa sang Pangeran mengajaknya menjadi Ratunya di Planet Exo.
“Ara. Sekarang kau boleh
menertawakanku.” Seketika itu juga Yuri tertawa. Minhyo jadi menyesal telah
menceritakannya.
“Kau bercanda kan?” Yuri melihat
ekspresi Minhyo yang meyakinkan dan langsung terdiam. “Hmm.. kau tahu? Itu
kisah terhebat yang pernah ku dengar! Lalu, di mana dia sekarang?” Ekspresi
Minhyo seketika berubah mendengarnya.
“Ups, mian. Tapi apa yang terjadi?”
“Dia kembali ke tempat asalnya. Tapi
dia berjanji akan menemuiku pada ulang tahunku yang ke 17.”
“Bukankah itu hari ini? Wah, kau pasti
sangat senang hari ini.”
“Mmm.. molla.”
********
Malamnya,
keluarga Minhyo mengadakan pesta sederhana. Yuri juga ikut memeriahkannya.
Banyak makanan yang disediakan di situ. Dan yang paling penting adalah kue
ulang tahun dengan lilin di atasnya.
“Kami harap kau menyukainya Minhyo.
Ya, walaupun sederhana.”
“Eomma, ini lebih dari cukup. Gomawo.”
“Arasseo. Sekarang waktunya tiup
lilin. Tapi sebelum itu, kau harus membuat permohonan.” Yuri mulai menyalakan
lilinnya. Minhyo merekatkan tangannya lalu memejamkan mata. Ia mulai
mengucapkan permohonannya dalam hati. “Aku tidak pernah meminta apa pun
dari-Mu. Tapi untuk sekarang, ku mohon. Buatlah ia memenuhi janjinya padaku.”
Tiba – tiba lilin
itu padam. Angin berhembus cukup kencang meskipun semua jendela dan pintu
tertutup. Mereka mulai panik atas kejadian itu. Di tengah – tengah kepanikan
itu, pintu rumah terbuka. Tak lama terlihat seorang laki – laki muncul. Kedua
tangannya disembunyikan di belakang tubuhnya. Dengan santai ia berjalan masuk.
“Maaf aku terlambat. Apa pestanya
sudah dimulai?” Tak lupa senyuman khasnya muncul.
“Kau.. Jong kan?” Seru eomma Minhyo.
Yuri langsung menatap Minhyo. Seolah berkata, wow! Apa dia malaikat?!
“Lama tak jumpa bi. Aku datang tepat
waktu kan?” Ia memandang Minhyo.
“Kau terlambat!” Minhyo menghampirinya
perlahan. Ia memukul Jong lalu merangkulnya. Sungguh dekapan yang sangat
hangat. Jong lalu mengeluarkan sesuatu yang sedari tadi disembunyikannya di
balik tubuh.
“Aku tak tahu apa yang kau suka. Jadi
aku hanya membeli ini waktu di jalan.” Ia menyerahkan sebuah boneka teddy bear
berwarna biru. Boneka itu memegang hati yang bertuliskan I love you.
“Gomawo. Aku suka.”
“Baiklah, karena semua sudah datang
mari kita lanjutkan pestanya.” Mereka melanjutkan pesta yang tadi sempat
tertunda. Semuanya benar – benar gembira malam itu. Minhyo apalagi. Tak ada
yang pernah benar – benar tulus seperti Jong. Karenanya, ia sangat bersyukur
dan bersumpah tidak akan pernah melepaskan Jong apa pun yang terjadi.
“Sebenarnya, bi..” Jong menghentikan
kata – katanya.
“Uh, ada apa Jong? Katakan saja.”
“Aku tidak enak mengatakannya bi. Tapi
paman dan bibi tahu aku tulus kepada Minhyo. Aku berniat membawanya ke Planetku
dan menjadikannya Ratuku.”
“Planet? Ratu? Apa yang kau maksud
Jong?”
“Itu benar bi. Jong bukan berasal dari
Planet kita.” Yuri tiba – tiba menyela. Ibunya menatap Minhyo. Dengan menyesal
Minhyo menganggukkan kepalanya.
“Hmm..” Ayah dan ibunya terdiam.
“Minhyo bisa ke sini kapan saja yang
ia mau. Aku janji paman, bibi.” Ayah dan ibunya saling berpandangan. Cukup lama
suasana menjadi hening. Hingga akhirnya keputusan di buat.
“Aku tidak akan melarang Minhyo jika
itu memang keinginannya.”
“Eomma..”
“Jika begitu.. selamat bergabung di
keluarga kami Jong In.”
“Jinjja, appa?”
“Ne..” Minhyo langsung merangkul ayah
dan ibunya.
“Aku berjanji akan sering datang.
Yuri, gomawo.”
“Gwenchana. Tapi, apakah banyak pemuda
tampan sepertimu di sana Jong?” Mereka tertawa kecil.
“Oh, kau ingin juga Yuri? Eumm..
sepertinya adikku cocok denganmu.”
“Neo dongsaeng? Kau tidak pernah
cerita.”
“Gurae? Ah, kau akan segera bertemu
dengannya bukan?”
“Dongsaeng? Ajak dia kemari jika kau
sempat.”
“Arasseo. Bolehkah kami pergi
sekarang, bi?”
“Kami mengandalkanmu.”
“Tenang saja paman, bi.” Setelah
berpelukan dengan eomma, appa dan Yuri mereka mengantarkan Minhyo ke depan.
“Di mana pesawatnya?” Tanya Minhyo.
“Ah, aku belum memberitahumu ya? Kiat
tidak akan naik pesawat.”
“Lalu?”
“Fly!”
“Mwo?” Jong menjetikkan jarinya dan
seketika itu juga terdapat sayap di punggung Minhyo. Sayap yang begitu indah
seperti pemiliknya.
“Omo! Ini..”
“Indah kan?” Ia mengulurkan tangannya.
Perlahan mereka melayang di udara. Tak lupa mereka melambaikan tangan.
“Pasangan yang hebat kan paman, bi?”
Yuri membalas lambaian tangannya.
Setelah cukup
terbiasa, Minhyo dan Jong melesat terbang ke angkasa. Menembus awan yang akan
membawa mereka ke dalam dimensi lain. Dan kehidupan baru.. akan segera di
mulai..
THE END
klimaksnya kurang thor (author)
BalasHapusahh.. ne. saya masih belajar mbak :D
BalasHapus